Berbicara tentang persoalan sastra, jarang sekali
kita mengaitkannya dengan seks. Sastra adalah pengungkapan dari fakta artistik
dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia dan masyarakat melalui
bahasa sebagai medium, dan punya efek yang positif terhadap kehidupan manusia.
Jadi bagaimana mungkin kita memasukkan unsur seks kedalam persoalan sastra? Bukankah
seks lebih bersifat impulsif, irasional dan penuh gairah. Tentu ini menjadi hal
yang tabu untuk membicarakan sastra dan seks. Namun apakah benar persoalan
sastra jauh dari masalah seks? Ini yang jarang kita bicarakan dan marilah kita
coba untuk membicarakan persoalan ini.
Pada abad ke-6 SM persoalan sastra dan seks telah
ditulis oleh Sappho, salah satu filsuf wanita paling awal yang memasukkan unsur
seks kedalam karya sastra. Sappho beranggapan kalau cinta, apapun bentuknya,
erotis atau kasih sayang orang tua, ia anggap sebagai jalan menuju kebenaran. Kebenaran
tentang manusia dan kebenaran tentang dunia.
Setidaknya Sappho mengekspresikan pemikirannya
kedalam 300 buah puisi, dan hampir kesemuanya berbicara soal gairah cinta dan
seksualitas. Maka tidak jarang dia dihujat oleh para laki-laki dan perempuan
yang menganggap puisi-puisinya tidak pantas dan tidak bermoral. Padahal Sappho
hanya ingin menyatakan bahwa gairah dan cinta adalah bagian dari kehidupan
manusia. Lalu bagaimana sastra dan seks di Indonesia?
Sebenarnya tema seks sudah mulai dari dulu menjadi
perbincangan yang hangat dan kontroversial, apalagi di belantika sastra
Indonesia mutakhir. Tema-tema seks sepertinya begitu akrab dengan para penulis
(sastrawan) kita. Coba telusuri karya Saman
(Ayu Utami), Jangan Main-Main Dengan
Kelaminku (Djenar Maesa Ayu), Wajah
Sebuah Vagina (Naming Pranoto), Kuda
Ranjang (Binhad Nurrohmat) dll. Melihat dari judulnya saja kita sudah
memiliki gambaran “kelamin”, seks dan seteru yang seru.
Kemudian
dari isu seksualitas dalam sastra kita tersebut, muncullah petanda Sastra Wangi dan Sastra Lendir sebagai kritik sastrawan mutakhir atas tema-tema
seksualitas. Ada yang berargumen tulisan-tulisan mengenai seksualitas dalam
karya sastra seperti yang ada dalam “Saman” karya Ayu Utami, tercela dan tak
pantas menjadi bahan bacaan masyarakat luas. Ada juga yang mengatakan bahwa ini
suatu ideologi dari seorang perempuan atas kebebasan seks. Bahkan ada yang
berpendapat bahwa Ayu Utami hanya ingin melepas diri dari hegimoni seorang
laki-laki, yang mana perempuan dalam perkara apapun (termasuk bersetubuh) selalu
berada dalam posisi di bawah.
Maka
berangkat dari berbagai anggapan mengenai seks dan kita, maka tidak berlebihan
jika saya mengatakan. Bahwa isu seksualitas dalam kesusastraan kita adalah
sebuah kreatifitas murni dari keresahan penulisnya, tidak ada unsur porno atau
menjorok-jorokkan nafsu. Memang masuk akal atas beberapa kritik para sastrawan yang
dilayangkan atas isu seksualitas yang terlalu vulgar dalam belantika sastra
kita, tapi yang perlu kita fahami adalah usaha memahami seksualitas dalam kehidupan
kita sehari-hari.
Seperti
ideologi yang di bangun Ayu Utami dalam Novelnya ‘Saman’, dia sebenarnya hanya
merepresentasikan kehidupan manusia menyangkut kebebasan ber-seks. Dia
membayangkan dalam ‘Saman’, inilah kehidupan manusia sekarang, perempuan dan
laki-laki yang model bercintanya hanya bergumul pada kepuasan biologis (nafsu).
Seksualitas yang salah.
Tidak
jauh beda dengan apa yang diresahkan Binhad Norrohmat, alumni pesantren yang
tiba-tiba muncul dengan karya (puisi) yang menyentak batin ‘Kuda Ranjang’. Dari
pengambilan judulnya saja siapa yang tidak curiga bahwa ini adalah kejantanan
di atas ranjang. Kata ‘Kuda’ yang menyatakan simbol kejantanan, sedangkan kata
‘Ranjang’ menunjukkan suatu medan penaklukan perempuan (istilah yang biasa
digunakan Damhuri Muhammad). Dengan penafsiran yang lebih luas bahwa ‘Kuda
Ranjang’ adalah kejantanan dari seorang laki-laki yang mampu menaklukan
perempuan di atas ranjang dan perempuan akan tumbang sebagai sesuatu yang
berada di bawah.
Dari
fenomena judul puisi Binhad Norrohmat ini penggambaran seks sudah jelas, binal
dan vulgar. Makanya kemudia banyak kecaman dan kritik mengarah ke daerah
kreatif Binhad, dengan anggapan masak seorang alumni pesantran menulis karya
sastra dengan sangat porno dan menjijikkan, ini suatu penyimpangan moral dari seorang
lulusan pesantren, sangat tidak wajar. Padahal ini hanya keresahan Binhad
sebagai lulusan pesantren ketika dikejutkan dengan melihat dunia luar (tepatnya
Jakarta) yang begitu terbuka pergaulan antara laki-laki dan perempuan, lalu
hubungan seks yang sangat mudah di jumpai bahkan di jalan-jalan. Sebenarnya
proses kreatif Binhad dalam Kuda Ranjangnya berangkat dari realitas lingkungan
yang kacau, dia mengalami keterdesakan zaman dan keresahan atas fenomena seks
bebas, lalu keresahan-keresahan tersebut di luncurkan lewat karya puisi yang
terkumpul dalam buku antologinya ‘Kuda Ranjang’.
Sastra Wangi dan Sastra Lendir bagi saya hanya ungkapan
kritis atas tidak mengertinya pembaca terhadap maksud dari karya sastra yang bernuansa
seks. Ayu Utami, Binhad Norrahmat dan kawan-kawannya, sebenarnya hanya ingin
menyampaikan kepada khalayak (masyarakat umum) bahwa fenomena seks sudah di
salah maksudkan prakteknya. Seks kini sudah tidak sakral lagi, tidak suci. Seks
bukan Cuma hukum bagi yang berkeluarga (menikah). Tapi Semacam pekerja seks
yang beroperasi di berbagai tempat atau di lokalisasi lainnya dan bahkan di
kehidupan pemuda kekinian, yang telah menganggap hukum seks adalah kebutuhan
nafsu yang perlu di tunaikan.
Inilah sebenarnya carut-marut
seks, sastra dan kita.
Kutub 2015
*Alunk S
Tohank (Nurul Anam), Esais tinggal di
Yogyakarta. Sekarang aktif di Lesehan Sastra Kutub Yogyakarta
(LSKY).
saya terharu. ini tulisan yang sangat apik. ibaratnya, seperi keris yang meliuk liuk.
BalasHapushttp://taipanqqgood.blogspot.co.id/2018/04/5-alasan-cinta-cenderung-hilang-setelah.html
BalasHapusTaipanbiru
QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS |
-KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID terbaik nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
1 user ID sudah bisa bermain 8 Permainan.
• BandarQ
• AduQ
• Capsasusun
• Domino99
• Poker
• BandarPoker
• Sakong
• Bandar66
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
• WA: +62 813 8217 0873
• BB : D60E4A61
Daftar taipanqq
Taipanqq
taipanqq.com
Agen BandarQ
Kartu Online
Taipan1945
Judi Online
AgenSakong